Gegara manajemen buku @b_ok_is , sy jadi teringat masa-masa menulis skripsi di Kriminologi - FISIP UI. Saat itu dg pembimbing Prof DR Tb Ronny Nitibaskara dan alm Sjarifah Sabaruddin, sy memilih tema: Pola Pemerasan Dalam Kepelacuran Lesbian di Jakarta Pusat
Dua tahun lamanya menyusun skripsi sambil bekerja sebagai jurnalis di Kelompok Kompas Gramedia. Saya menyelusup masuk ke dalam sindikat trafficking alias perdagangan manusia.
Dua tahun lenuh ketegangan, menyaksikan perilaku2 yg tak masuk dalam akal sehat saya. Kekerasan hingga menimbulkan korban mati, tersaji di depan mata saya. Berulang-ulang.
Hampir menyerah, untung sy punya pembimbing skripsi yg baik dan juga "kepo". Tak jarang mereka turun langsung, ikut saya masuk ke dalm jaringan itu. Keren, kan pembimbing saya... Akhirnya jadi juga.
Akhirnya dpt ijazah lulus juga dr UI yg ditandatangani Prof Suyudi (Mantan Menkes) dan Prof Juwono Sudarsono (Menhan Menhan), Rektor UI dan Dekan FISIP UI saat itu
Tak betah melihat skripsiku hanya jd "penghias perpustakaan" kutawarkanlah skripsi itu ke penerbit2. Tak ada yg berani menerbitkan. Rata2 "ngilu" dg isinya....
Akhirnya bersua Pax Benedanto dr @penerbitkpg yg siap menerbitkan, dengan syarat: dialihwahanakan dari skripsi ke novel. Dari non-fiksi ke fiksi. Lahirlah Novel #Re:
Novel #Re: berkisah ttg luka-lara seorang perempuan, ibu muda yang terjerat dalm sindikat perdagangan manusia. Dia dijadikan pekerja seks komersial untuk melayani sesama perempuan. Di kisah nyatanya, sy menjadi sopir Re:, mahasiswa yg menyelusup ke dalam jaringan tersebut.
Berulang #Re dicetak sampai redesain cover segala. Berulang diminta utk difilmkan, saya masih kukuh dg sikap: boleh asal bukan mengedepankan sensasi semata. Tapi ttg perjuangan hidup seorg ibu muda yg terjerat dlm sindikat perdagangan manusia.
Setelah #Re: berlanjut dg sekuel kedua, #peREmpuan , juga diterbitkan @penerbitkpg . Berkisah tentang anak perempuan dari ibu yang menjadi korban sindikat perdagangan manusia. Novel ini pun sdh cetak ulang beberapa kali.
Saya ingin membuat sekuel ketiga. Tak mudah, karena lumayan dikenal orang, tak lagi gampang masuk ke jejaring perdagangan manusia di era milenial ini.
Tapi seperti kata dMassiv, "jangan menyerah...."
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ada yg nanya, kok kamu msh terus "mengawal" Winarni?
Ya, krn sy bertggjawab atas gerakan pengumpulan donasi utk operasi putranya & sampai saat ini Win msh menunggu antrian mendptkan "kamar" utk operasi di RSCM. @dentyonduty@alvidhiansyah@gsdewabroto m.kitabisa.com/atletangkatbesi
Haruskah sampai berbulan-bulan, bahkan msh terus menyuarakannya hingga semalam di GueAri Gallery - Pasar Santa bersama @dentyonduty@alvidhiansyah ? Sekali lagi, ya, krn sdh berbulan-bulan juga Faris hrs tabah dan sabar berada di Jkt utk bs mendptkan jadwal dan kesiapan operasi
Terimakasih kpd semua donatur, insya Allah penggunaannya masih sesuai peruntukannya, dan semoga operasi bisa sesegera mungkin dilaksanakan dg segala pertimbangan medis, yang pihak2 medis terkait tentu sj lbh memahaminya. @dentyonduty@alvidhiansyah
BANGSA INI DIBANGUN OLEH BAPAK-BAPAK BANGSA YANG TIDAK PENDENDAM
.
.
.
((Terimakasih kepada siapa pun yang telah menyusun cerita yang membuatku meneteskan air mata dan bangga menjadi INDONESIA)
BANGSA INI DIBANGUN OLEH BAPAK-BAPAK BANGSA YANG TIDAK PENDENDAM
Perhatikan komentar Buya Hamka atas pemenjaraan dirinya oleh Bung Karno.
"Saya tidak pernah dendam kepada orang yang menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa...
Selama 2 tahun 4 bln sy ditahan, sy merasa semua itu merupakan anugerah yg tiada terhingga dr Allah kpd sy, sehingga sy dpt menyelesaikan Kitab Tafsir Al-Qur’an 30 juz. Bila bkn dlm tahanan, tdk mungkin ada waktu sy utk mengerjakan & menyelesaikan pekerjaan itu.” #IndonesiaRaya
Kemarin bersua seorang teman, yang bercerita tentang seseorang yang sama-sama kami kenal sejak lama. Ia terkagum saat menceritakannya, saya apalagi.
Dulu, kupikir, ini orang nggak ada takutnya sama Tuhan. Segala dilanggar. Popularitasnya menjulang, dan kupikir, mungkin karena tujuan popularitas semata, ia siap melanggar segala pembatas.
Tapi kini, kata temanku, dia berbalik 180 derajat. Kagumku menjadi-jadi karena beragam kebaikan dan tingkatan kebaikan yang dilakukannya, belum kuasa dan sanggup kulakukan. Ada iri tersembul di benakku. "Mengapa dia lebih mendapatkan cahaya itu dariku?"