Mumpung Zora tidur, pengen cerita proyek baru daku dan #KendraRana (yang baru saja 6 tahun).
Kami punya proyek bikin DAFTAR TERIMA KASIH harian.
Rencana awalnya, pengen bikin DAFTAR TERIMA KASIH ini tiap malam sebelum tidur dan ketika bangun tidur.
Tapiii..
Tapi krn daku kok ya tiap malem tewas duluan (halah), jadi akhirnya bikin DAFTAR TERIMA KASIH waktu bangun tidur.
Kami berdua patungan poin terima kasih.
Saling membantu mengingatkan apa saja yg bisa di-terima kasih-in.
Suka terharu denger poinnya Rana.
Awal mulanya, seminggu lalu daku iseng mengajak Rana ke cafe di Jogja.
Kencan berdua, tanpa Zora.
Sekedar minum teh bareng, ngobrol berdua (tanpa Zora).
Daku sampai ngintip tips-tips pertanyaan apa aja yg bisa ditanyakan ke anak, saking takut kehabisan bahan ngobrol 😂😂
Pokoknya cuma ada daku dan Rana.
Kami butuh kencan banget, karena hubungan kami berdua tegang berminggu-minggu. :(
Pulangnya, kami dijemput Eyangnya Rana.
Harus jalan dan nyebrang traffic light 2 kali karena posisi mobil si Eyang cuma bisa parkir rada jauh.
Lalu mendadak..
Mendadak kepikiran buku yg akhir2 ini daku baca.
Mungkin bisa kali ya Rana diajak berterima kasih ke apa saja.
Di mobil Eyangnya, kami berdua ngobrol.
Daku: "Eh, Rana. Kita bikin Daftar Terima Kasih yuk!"
Rana: "Hah?"
Dia bengong.
Clueless.
Apa pula itu Daftar Terima Kasih.
Daku: "Iyaa. Mmm.. Misalnya begini.
Mama pengen terima kasih banget sama Eyang, karena udah nungguin kita.
Coba kalau Eyang males nungguin kita gimana?"
Rana: "Oooh.."
Masih cuek dia.
Masih clueless jg mukanya.
Masih bingung, emang apa lg yg bisa diterima kasihin coba?!
Hahaha.
Daku: "Aku juga terima kasih bangeeet karena aspal yg kita lewati tadi muluuus haluuusss.. Jadi kita jalan kaki tuh gak kesandung-sandung."
Rana: "Mulus itu apa?"
Daku: "Jalan mulus itu maksudnya gak ada cacat. Gak ada yg rusak."
Rana: "Oooh.."
Duh apalagi ya?
Emang Emaknya sendiri juga harus latihan bersyukur sering-sering sih ya. 😔
Daku: "Ooh terima kasih jugaaa tadi sandal kita gak jebol!"
Rana: "Hah? Kenapa terima kasih ke sandal?"
Daku: "Lho coba tadi waktu kita nyebrang jalan terus sandalnya Rana jebol.
Duh pasti bingung."
Rana: "Mmmm.. Iya sih.."
Daku: "Terima kasih jugaaa tadi waktu kita nyebrang, semua motor dan mobil mau sabar menunggu sampai kita lewat. Coba kalau ada yg gak sabar terus kita ditabrak gimana?"
Rana: "Oh aku tau!"
Daku: "Apaaa?"
Rana: "Terima kasih ke Mbak yg buat teh!"
Rana: "Tehnya enak. Aku suka."
Daku: "Oiyaaa. Aku juga suka tehnya.
Terima kasih juga cafe tadi menyediakan toilet.."
Rana: "Hah? Kok toilet?"
Daku: "Lho iyaa.. Coba tadi Rana pipis di manaaa kalau cafenya gak punya toilet? Di rumput depan cafe?"
Rana: "IH! GAK MAU!"
Daku: "Hahaha. Iya. Makanya Mama berterima kasih karena cafe tadi punya toilet. Mama berterima kasih karena anak Mama bisa pipis di toilet. Gak pipis di rumput.."
Rana: "Aku tau!
Aku terima kasih karena pemandangan tadi bagus."
Daku: "Hah? Pemandangan yang mana?"
Rana: "Tadi itu lho, kan kita nyebrang jalan.
Itu pemandangannya bagus lho.
Pohon-pohonnya bagus.
Aku suka."
Aw. 💓
Kok terharu dengernya.
(Kenapa juga kok terharu ya? Entah juga ini kenapa 😂)
Lalu abis itu, setiap ada kesempatan berdua sama Rana, entah abis bangun tidur..
.. entah abis Rana mandi, entah lg bengong berdua, asal suasananya santai dan mood kami berdua enak, daku sempatkan bertanya.
"Eh ada yg bisa kita terimakasihin gak ya?"
Pernah satu momen, ketika Zora baru saja tertidur, kami berdua bikin daftar terima kasih.
Lalu jawaban Rana bikin daku leleeeeh dan terharu.
Salah satu yang di-terima kasih-in Rana adalah:
"Terima kasiih, aku punya adik yang lucu kayak Zora!"
Awww.. 💓💓
Langsung daku sahut,
"Terima kasiih, aku punya anak yang baik kayak Ranaaa! Sini pelukaaan!"
Awww.. :")
Dan entah kenapa, sejak kami sering melakukan "Daftar Terima Kasih" ini, Rana tuh jadi berasa lebih mudaaah diajak ngobrol atau daku minta melakukan sesuatu.
Percayalah, punya anak umur 6 tahun itu bisa berasa kayak anak abege yg kerjaannya mbantaaah terus. 😔😔
Karena ternyata efeknya enak, daku jadi sering-sering melempar ucapan terima kasih ke setiap hal yg Rana lakukan (dan aku pengen dia mengulangnya lagi hahahahahaha).
Misal abis Rana mandi, daku cepat-cepat bilang,
"Wah terima kasih ya sudah mandi. Terima kasih sudah...
"... Terima kasih sudah menjaga kebersihan badanmu ya."
Lalu dia mesam-mesem 😂.
Abis dia makan,
"Terima kasih, Ranaaa, sudah makan siang. Terima kasih sudah menjaga badanmu tetap berenergi yaaa.."
HAHAHAHA.
Entah kenapa kok efeknya dia jd lebih sukarela mandi dan makan gitu.
Ada momen yg sempet bikin daku pengen ngomel panjang lebar di atas pesawat hari Senin kemarin.
Rana ngotot membawa-bawa tabung snack Pringles dengan tangannya.
Daku sempat minta, tolong itu tabung dimasukkan saja ke tas.
Takut tumpah aja sih karena tutupnya longgar.
Lha bener..
Lha beneran tho, ketika Rana mau duduk di kursi pesawat, gak sengaja dia membalikkan si tabung Pringles.
Dan tumpah.
Semuanya.
Semuamuanya tumpah, di lorong pesawat, di samping kursi dia.
Rana terdiam.
Shock.
Lalu menangis sedih.
Bayangkan tatapan para penumpang lain.. 😂
Daku diam.
Membiarkan Rana melepas rasa kecewanya.
Daku sodorkan syal biar dia bisa membenamkan mukanya ke syal dan suaranya gak mengganggu orang lain.
Pramugari datang, membantu membereskan Pringles yg bertebaran di lantai.
"Rana, bisa bantu membereskan pringles di lantai?"
Rana melihat Emaknya enggan.
"Terima kasih ya sudah membantu membereskan yg kamu tumpahkan. 😊
Sayangku.."
Rana terdiam.
Masih terisak, dia turun pelan ke lantai, membantu Mbak pramugari bersih-bersih.
Wow.
Ish.
Ajaib.
Ngefek ih.
Tapi krn moodnya amburadul, ya gak lama sih.
Semogaaaa kami bisa konsisten bikin Daftar Terima Kasih 💓
Semogaaaa daku bisa konsisten belajar menumbuhkan rasa terima kasih yg tulus di Rana.
Terima kasih yg bukan cuma syarat kebaikan.
Tapi rasa terima kasih yg tulus ke apapun di hidupnya, dengan landasan belajar berpikir.
Sehubungan dengan kisah kasus kehebohan yg terjadi kemarin (YANG MANA TIK?!), daku jadi ingat konsep #MasPsikolog memperlakukan orang ketika lagi "berulah".
Jadi ada 2 dasar penggerak perilaku seseorang.
1. EMOSI 2. STRATEGI.
Gimana taunya?
Dirasa. ^^
Bukan dipikirin. Dirasa.
Kita bahas perilaku yg terjadi karena digerakkan EMOSI dulu ya.
1. Biasanya perilaku itu adlh LETUPAN ENERGI yang menyertai pengalaman emosional. Baik yang menyenangkan maupun yang menyebalkan.
2. Perilaku yg digerakkan emosi ini, terjadi DI LUAR KENDALI PIKIR.
Refleks. Alami.
Karena di luar kendali pikir, ekspresinya akan alami. Atau ya berupa reflek sebagai hasil belajar.
Maksudnya HASIL BELAJAR tuh gimana?
Misal, anak yg sering liat Bapaknya marah-marah dgn banting pintu, kemungkinan besar si anak akan banting pintu jg kalo marah.
Hasil belajar.
Kata #MasPsikolog, ketika kita menghadapi situasi sulit, pilihan kita ada 3.
1. Kuasai 2. Adaptasi 3. Selamatkan diri
Ini daku mau bahas apa kata si Mas soal ADAPTASI.
Karena dlm hidup ya kadang kita gak punya wewenang utk menguasai.
Dan gak punya celah utk selamatkan diri.
Jadi kata si #MasPsikolog, ketika kita gak bisa menguasai keadaan tapi juga gak bisa pergi menyelamatkan diri, berarti satu-satunya pilihan ya BERADAPTASI.
Naaah tantangan paling berat ketika pengen beradaptasi adalah:
BUTUH KESANGGUPAN KITA BUAT MERASAKAN SISI GAK ENAKNYA.
Sanggup itu yg gimana sih?
SANGGUP = MAU + MAMPU.
Kalau mau, tapi gak mampu, berarti ya gak sanggup.
Dan sebaliknya.
Kenapa kok adaptasi itu harus SANGGUP MENGHADAPI rasa gak enak?
Yaa krn kita hrs mengubah diri UTK SELARAS dgn situasi yg gak ngenakin buat kita.
Tentang FASILITAS PELINDUNG (FasPel) dan FASILITAS BELAJAR (FasBel) untuk anak.
Bedanya apa?
Gimana caranya?
Apa efeknya?
Dll dsb dkk.
Fasilitas Pelindung (FasPel) itu kodrat orangtua.
Ortu gak perlu susah-susah belajar jd fasilitas pelindung karena emang secara naluriah pasti pengennya melindungi anaknya.
Nah tapi pertanyaannya, sampai kapan orangtua bisa melindungi anaknya?
Anak suatu hari akan besar dan..
Anak suatu hari akan jadi besar dan harus mampu berdiri sendiri.
Anak suatu hari harus jd dewasa.
Harus bisa berpikir sendiri, memutuskan pilihan hidupnya sendiri,
memikirkan solusi hidupnya sendiri,
dan merasakan resiko dari keputusannya sendiri.