Katanya, kita harus menghindari orang-orang yang toxic.
Tapi bagaimana kalau ternyata yang toxic buat dirimu itu orangtuamu sendiri?
Bagaimana kalau ternyata orangtuamu yang rajin menanamkan pikiran-pikiran negatif ke dirimu?
Eniwei kalau ada yg mau curhat via DM, dipersilakan ya. 🤗
Tapi mohon maklum, mungkin balasnya gak bisa cepaat karena sambil mengasuh rumah dan 2 anak.
Buat yg baru dibalas DM nya Subuh ini, mohon maaf 🙇🏻♀️🤗
Yang daku yakini,
kalian semua berhak hidup bahagia.
Kalian semua berhak mencari akses kesembuhan diri.
Kalian semua berhak bergaul lahir batin dengan diri sendiri.
Karena hanya dengan cara bergaul lahir batin ke diri sendiri, tumbuh kesadaran utk mental yg dewasa.
Semua orang berhak memfasilitasi diri sendiri akan kebutuhan mentor hidup yg bermental dewasa.
Tidak semua orang gede itu dewasa.
(Seperti misalnya akuuuuu belum dewasa pdhl punya 2 anak).
Kalau kita tumbuh dgn ortu yg belum dewasa, dan kita merasa ingin membuat jarak,
.. maka kita adalah orang-orang yg sedang ada di gerbang.
Gerbang apa?
Gerbang menuju pencarian kesadaran yg lebih tinggi. 😊
Ucapkan terima kasih ke ortu (boleh dalam hati yg khusyuk, boleh dalam sholat, boleh dalam hening meditasi, boleh langsung), mereka ada di hidup kita.
Kenapa kok diterimakasihin?
Karena keberadaan mereka memicu revolusi berpikir di otak kita. 😊
Mereka yg dengan sadar membuat jarak dr ortunya (yg dianggap toxic) krn merasa butuh bergaul dan mendengarkan diri sendiri, semacam mengalami revolusi berpikir.
Level kesadaran.
Ketika kita berhubungan dengan orang yg dirasa toxic (apapun istilahnya, silakan disesuaikan), yg menimbulkan perasaan gak nyaman, apa yg sebenarnya terjadi sih?
Perasaan gak nyaman (atau emosi negatif) kita tuh bersumber di PERASAAN BURUK DI DALAM DIRI KITA KE ORANG ITU.
Sumbernya di dalam diri kita, pemicunya si X.
Ada Mbak ZZZ yg curhat, kl dekat2 dgn ibunya, dia merasa dadanya menyempit dan sesak nafas.
Asmanya kambuh ratusan kali.
Herannya kalo pisah rumah gak pernah kambuh.
Pemicu perasaan buruknya adlh keberadaan ibunya di dekat dia.
Tapi karena dia sadar akan pemicunya, dia kemudian dengan sadar juga membuat jarak.
Kenapa?
Karena dia butuh bergaul lahir batin dengan diri sendiri.
Bahagia itu urusan nanti, kalau sudah mampu menjadi TEMAN dan jadi PENDENGAR YANG BAIK UNTUK DIRI SENDIRI.
(Katanya gitu..)
"Ya kalo gitu pikiran buruknya dihilangkan aja."
😊
Terima kasih sarannya.
Tp yg negatif tidak bisa mendadak jd positif, harus melewati titik nol dulu.
Air yg keruh tidak bisa mendadak jd jernih, harus melewati proses suling dulu.
Hati yg cacat tidak bisa sembuh sendiri.🤗
Menurut #MasPsikolog, ketika kita menghadapi situasi sulit (apapun itu), kita punya 3 pilihan.
1. Kuasai. 2. Adaptasi. 3. Pergi selamatkan diri.
Pilihan manapun gak ada yg buruk.
Karena cuma kita yg bisa mengukur resikonya.
Pilihan manapun, asal kita sanggup terima resikonya.
Ingat, setiap perasaan adalah penting bagi si pemilik perasaan.
Setiap pertanyaan adalah penting bagi si pemilik pertanyaan.
Perasaan kalian penting. 😊
Kalian boleh merawat dan menyayangi diri sendiri.
Yg gak boleh itu apa?
Yg gak boleh itu merusak dan merugikan orang lain.
Sehubungan dengan kisah kasus kehebohan yg terjadi kemarin (YANG MANA TIK?!), daku jadi ingat konsep #MasPsikolog memperlakukan orang ketika lagi "berulah".
Jadi ada 2 dasar penggerak perilaku seseorang.
1. EMOSI 2. STRATEGI.
Gimana taunya?
Dirasa. ^^
Bukan dipikirin. Dirasa.
Kita bahas perilaku yg terjadi karena digerakkan EMOSI dulu ya.
1. Biasanya perilaku itu adlh LETUPAN ENERGI yang menyertai pengalaman emosional. Baik yang menyenangkan maupun yang menyebalkan.
2. Perilaku yg digerakkan emosi ini, terjadi DI LUAR KENDALI PIKIR.
Refleks. Alami.
Karena di luar kendali pikir, ekspresinya akan alami. Atau ya berupa reflek sebagai hasil belajar.
Maksudnya HASIL BELAJAR tuh gimana?
Misal, anak yg sering liat Bapaknya marah-marah dgn banting pintu, kemungkinan besar si anak akan banting pintu jg kalo marah.
Hasil belajar.
Kata #MasPsikolog, ketika kita menghadapi situasi sulit, pilihan kita ada 3.
1. Kuasai 2. Adaptasi 3. Selamatkan diri
Ini daku mau bahas apa kata si Mas soal ADAPTASI.
Karena dlm hidup ya kadang kita gak punya wewenang utk menguasai.
Dan gak punya celah utk selamatkan diri.
Jadi kata si #MasPsikolog, ketika kita gak bisa menguasai keadaan tapi juga gak bisa pergi menyelamatkan diri, berarti satu-satunya pilihan ya BERADAPTASI.
Naaah tantangan paling berat ketika pengen beradaptasi adalah:
BUTUH KESANGGUPAN KITA BUAT MERASAKAN SISI GAK ENAKNYA.
Sanggup itu yg gimana sih?
SANGGUP = MAU + MAMPU.
Kalau mau, tapi gak mampu, berarti ya gak sanggup.
Dan sebaliknya.
Kenapa kok adaptasi itu harus SANGGUP MENGHADAPI rasa gak enak?
Yaa krn kita hrs mengubah diri UTK SELARAS dgn situasi yg gak ngenakin buat kita.
Tentang FASILITAS PELINDUNG (FasPel) dan FASILITAS BELAJAR (FasBel) untuk anak.
Bedanya apa?
Gimana caranya?
Apa efeknya?
Dll dsb dkk.
Fasilitas Pelindung (FasPel) itu kodrat orangtua.
Ortu gak perlu susah-susah belajar jd fasilitas pelindung karena emang secara naluriah pasti pengennya melindungi anaknya.
Nah tapi pertanyaannya, sampai kapan orangtua bisa melindungi anaknya?
Anak suatu hari akan besar dan..
Anak suatu hari akan jadi besar dan harus mampu berdiri sendiri.
Anak suatu hari harus jd dewasa.
Harus bisa berpikir sendiri, memutuskan pilihan hidupnya sendiri,
memikirkan solusi hidupnya sendiri,
dan merasakan resiko dari keputusannya sendiri.