Seorang Ibu di grup parenting berkata begini:
"Sekolah tidak lagi menyenangkan, tetapi membuat stress bahkan depresi.
Sekolah bukan lagi tempat belajar memperbaiki diri, tapi tempat mengejar kesempurnaan."
:(
Lalu daku jadi ingat obrolanku dengan #MasPsikolog dan 2 orang teman.
Satu teman, sebut saja namanya ABC, meng-homeschooling-kan anaknya.
Satu teman lainnya, sebut saja namanya XYZ, menyekolahkan anaknya di sekolah dekat rumahnya.
Kami berbincang tentang peran & fungsi sekolah.
Ini bakal jd tret yang panjang ini kayaknya hahaha.
Pagi-pagi ndongeng.
Teman: "Sekolah itu buatku kan tempat belajar keilmuan, Tik.
Ketika ortu memutuskan anaknya masuk ke sekolah, yg butuh sekolah itu ortunya.
Bukan anaknya."
Haduh sebentar Zora kabur ke jalan.. 😅
Yak Zora aman.
Sampai mana tadiii?
**ngecek twit terakhir**
Oh sampai 'ortu yang butuh peran sekolah' ya.
Lalu si Mbak ABC melanjutkan begini.
"Sekolah itu untuk belajar keilmuan.
Belajar keilmuan lho ya, bukan belajar tentang cara menjadi dewasa.
Beda perkara ya, Tik."
"Ketika orangtua memutuskan akan memasukkan anaknya ke sekolah, ya berarti yang butuh peran sekolah adalah si ortu.
Bukan si anak."
Daku terdiam.
Waw. Perspektif baru buatku.
Daku: "Bapak ibuku, waktu aku kecil, selalu bilang kalau aku yg butuh sekolah lho.."
Mbak ABC tertawa.
Mbak ABC: "Ya, aku percaya anak itu kan sejatinya hanya butuh orangtuanya.
Untuk belajar dewasa, dia butuh orangtuanya.
Untuk belajar keilmuan, orangtuanya cukup jadi fasilitatornya.
Tapi kan gak semua ortu punya kelegaan waktu dan kelegaan lainnya utk menemani anak seharian."
Mbak ABC: "Nah karena ortu merasa punya keterbatasan, mereka butuh pihak lain.
Pihak lain untuk mengajarkan keilmuan ke anak mereka.
Pihak lain ini banyak.
Salah satunya, adalah lembaga sekolah berjenjang."
Masuk akal.
Daku: "Tapi sebenarnya fungsi sekolah itu apa sih ya?"
#MasPsikolog menyahut.
"Sekolah itu buatku fungsinya adalah etalase keilmuan.
Kayak restoran, menyajikan menu-menu keilmuan.
Siapa tau anaknya tertarik dengan salah satu ilmu.
Syukur-syukur tertarik semua ilmu di menu.
Tapi prakteknya yg terjadi apa?"
😐 Apa? Apa yg terjadi?
#MasPsikolog: "Praktek yang kebanyakan terjadi, restoran 'sekolah' ini MEWAJIBKAN semua yg datang ke restoran utk beli menu.
Kalau orang datang ke restoran 'sekolah', HARUS beli menu.
Dan harus beli SEMUA menu.
Harus beli PAKETAN.
Gak peduli cara masaknya gimana.."
#MasPsikolog: "Gak peduli cara memasaknya gimana.
Gak peduli cara penyajian makanan menarik atau gak menarik.
Gak peduli rasa makanan ilmu yg dijual itu menarik minat si orang.
Pokoknya HARUS DIBELI kalau masuk pintu restoran."
Hahahaha.
I can relate this. 😂
Analogi yg menarik.
Tika: "Hahaha. Eh tapi maksudnya HARUS DIBELI itu gimana sih?"
Mbak ABC: "Maksudnya 'HARUS DIBELI', semuanya nilai pelajaran/keilmuan harus bagus.
Kalau gak bagus, diistilahkan dengan angka merah.
Kalau angka merah, ya berarti sekolah akan menganggap muridnya yg salah.."
Mbak ABC: "Kalau ada angka merah, berarti pembeli restorannya yang salah.
Dan muridnya diharuskan berminat ke semua ilmu.
Kalau si murid gak berminat dan malas-malasan, maka lagi-lagi si murid yg salah.
Lagi-lagi pembeli yg salah."
Waaa..
Tika: "Wah. Akupun merasa gitu dulu.
Merasa semua nilai pelajaran sekolahku harus bagus.
Eh tapi ya aku berpikir begitu karena Bapak Ibuku minta aku utk berpikir demikian sih.. 😐"
#MasPsikolog: "Ya orangtuapun, kebanyakan juga jadi salah kaprah soal fitrah belajar anak."
Tika: "Wah. Salah kaprah gimana, Mas?"
#MasPsikolog: "Salah kaprah soal definisi belajar dan fungsi sekolah.
Mengira kl anak masuk sekolah maka proses kedewasaan anak akan beres.
Mengira sekolah satu2nya wadah utk belajar.
Dan salah kaprah ini sudah berlarut-larut bergenerasi.."
#MasPsikolog menambahkan.
"Satu hal, Tik.
Belajar bukan hanya seperti yg terjadi di sekolah.
Dan sebaliknya, di sekolahpun gak semua anak akan belajar.
Dimanapun anak berada, saat si anak berminat akan sesuatu, mereka secara alamiah akan ingin belajar."
Wa.
Sebuah pencerahan.
#MasPsikolog: "Sesepele apapun hal yang diminati si anak, sesepele apapun hal yang ingin dipelajari.
Itupun namanya belajar.
Belajar kan gak harus tiap hari.
Belajar gak harus bareng guru.
Belajar gak harus bareng orangtua.
Belajar bisa di mana saja dan kapan saja."
💗💗
Daku manggut-manggut.
#MasPsikolog: "Menjadi siswa berprestasi di sekolah gak otomatis unggul di kehidupan selepas sekolah.
Punya ijasah gak otomatis bisa berkarya dan punya penghasilan dan hidup mapan."
Wa iya ini benar sih.
Punya ijazah bukan berarti punya penghasilan.
Daku beralih ke Mbak XYZ yang ikut menyimak dari tadi.
Daku: "Kalau Mbak XYZ, fungsi sekolah buat dirimu apa, Mbak?
Mbak XYZ terkekeh.
Mbak XYZ: "Aku kan kerja, Tik. Aku butuh kerja.
Dan seperti kata #MasPsikolog, kita kan mengambil tindakan yg resikonya bisa kita tanggung."
Mbak XYZ: "Jadi aku menyekolahkan anakku ke sekolah yang resikonya paling bisa kuterima.
Sekolah anakku asik. Anakku sering mendadak malas sekolah, pengen di rumah aja.
Ya baiklah. Dia minta ijin ke gurunya sendiri.
Pokoknya urusan sekolah adalah antara anakku dan gurunya."
Hahaha.
Menarik.
Jd anak si Mbak XYZ ini kalau mau bolos, gak diomelin.
Tapi ya silakan diurus sendiri perijinan ke gurunya.
Mbak XYZ: "Aku sih udah diracuni tentang fungsi sekolah sama si #MasPsikolog.
Jadi aku memperlakukan sekolah sebagai tempat tamasya buat anakku."
Woh 👏
Tika: "Maksudnya tempat tamasya gimana, Mbak?"
Mbak XYZ: "Ya pokoknya aku menitipkan anak ke sekolah biar dia aman.
Dan dia jadi banyak teman buat main 🤣.
Opsi menyekolahkan lebih bisa kuhadapi ketimbang opsi dia tetap di rumah, dan dititip ke orang rumah selagi aku kerja."
Lalu Mbak XYZ bercerita lagi.
"Jadi kan, 2 hari lalu aku dpt WhatsApp dari wali kelas anakku ttg daftar ulang naik ke kelas 6.
Anakku sekarang kelas 5.
Aku kasih lihat whatsapp si guru ke anakku sambil bilang,
'Kamu mau lanjut ke kelas 6 gak?'
Eh anakku mau lanjut katanya."
Mbak XYZ: "Aku bilang lagi ke dia.
'Kalau kamu mau lanjut ke kelas 6, aku akan bayarin daftar ulang dan kegiatan sekolah.
Nanti Daddy bayarin SPP dan katering.
Kamu harus urus selebihnya ya.
Jadwal, bangun, bikin seragam, cuci seragam, peralatan kegiatan, ujian, dll.'
Gitu.."
Tika: "Terus anakmu gimana, Mbak?"
Mbak XYZ: "Ya dia udah biasa kugituin sih, Tik. Buatku itu proses mendewasakan dia.
Plus dia lg fase sok penting. Jadi kufasilitasi aja.
Kalau dia gak mau sekolah lagipun, aku akan minta dia utk pikirin mau belajar pake cara gimana.."
"Ya itulah kenapa pemerintah menetapkan pendaftaran anak SD sebaiknya yang berusia 7 tahun.
Karena di usia 7 tahun, anak dianggap sudah sanggup berjuang.
Di usia 7 tahun, anak diharapkan sudah mikir perlu VS gak perlu.
Bukan ENAK VS GAK ENAK."
Tika: "Kl anak masuk SD dgn mental berpikir yg masih ENAK VS GAK ENAK gmn, Mas?"
#MasPsikolog: "Yg biasanya terjadi, anak akan memaknai sekolah sbg tempat yg gak enak.
Sekolah kan tempat belajar hal baru.
Belajar hal baru belum tentu enak.
Kl gak enak, ya bikin si anak malas."
Tika: "Woh. Bener juga. Hahaha.
Eh tapi yang namanya SANGGUP BERJUANG itu yang kayak gimana, Maaass?
Dan gimana menumbuhkan mental sanggup berjuang di anak?"
#MasPsikolog: "Itu bahasan yang lebih panjang lagi, Tik. Hahaha.
Kita bahas lain kali."
Hahahaha.
Baiklaaah.
Demikian obrolan panjang ini daku lempar ke twitter.
Jadi.. Jadi berapa twit itu tadi?
Banyak pokoknya. 😂
Aku berterima kasih pada Mbak ABC, Mbak XYZ, dan #MasPsikolog yang sudah mencerahkanku soal fungsi sekolah.
Jadi bekalku buat menata visi misiku menyekolahkan Rana. 💗
unroll please. Thanks 😘😘
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sehubungan dengan kisah kasus kehebohan yg terjadi kemarin (YANG MANA TIK?!), daku jadi ingat konsep #MasPsikolog memperlakukan orang ketika lagi "berulah".
Jadi ada 2 dasar penggerak perilaku seseorang.
1. EMOSI 2. STRATEGI.
Gimana taunya?
Dirasa. ^^
Bukan dipikirin. Dirasa.
Kita bahas perilaku yg terjadi karena digerakkan EMOSI dulu ya.
1. Biasanya perilaku itu adlh LETUPAN ENERGI yang menyertai pengalaman emosional. Baik yang menyenangkan maupun yang menyebalkan.
2. Perilaku yg digerakkan emosi ini, terjadi DI LUAR KENDALI PIKIR.
Refleks. Alami.
Karena di luar kendali pikir, ekspresinya akan alami. Atau ya berupa reflek sebagai hasil belajar.
Maksudnya HASIL BELAJAR tuh gimana?
Misal, anak yg sering liat Bapaknya marah-marah dgn banting pintu, kemungkinan besar si anak akan banting pintu jg kalo marah.
Hasil belajar.
Kata #MasPsikolog, ketika kita menghadapi situasi sulit, pilihan kita ada 3.
1. Kuasai 2. Adaptasi 3. Selamatkan diri
Ini daku mau bahas apa kata si Mas soal ADAPTASI.
Karena dlm hidup ya kadang kita gak punya wewenang utk menguasai.
Dan gak punya celah utk selamatkan diri.
Jadi kata si #MasPsikolog, ketika kita gak bisa menguasai keadaan tapi juga gak bisa pergi menyelamatkan diri, berarti satu-satunya pilihan ya BERADAPTASI.
Naaah tantangan paling berat ketika pengen beradaptasi adalah:
BUTUH KESANGGUPAN KITA BUAT MERASAKAN SISI GAK ENAKNYA.
Sanggup itu yg gimana sih?
SANGGUP = MAU + MAMPU.
Kalau mau, tapi gak mampu, berarti ya gak sanggup.
Dan sebaliknya.
Kenapa kok adaptasi itu harus SANGGUP MENGHADAPI rasa gak enak?
Yaa krn kita hrs mengubah diri UTK SELARAS dgn situasi yg gak ngenakin buat kita.
Tentang FASILITAS PELINDUNG (FasPel) dan FASILITAS BELAJAR (FasBel) untuk anak.
Bedanya apa?
Gimana caranya?
Apa efeknya?
Dll dsb dkk.
Fasilitas Pelindung (FasPel) itu kodrat orangtua.
Ortu gak perlu susah-susah belajar jd fasilitas pelindung karena emang secara naluriah pasti pengennya melindungi anaknya.
Nah tapi pertanyaannya, sampai kapan orangtua bisa melindungi anaknya?
Anak suatu hari akan besar dan..
Anak suatu hari akan jadi besar dan harus mampu berdiri sendiri.
Anak suatu hari harus jd dewasa.
Harus bisa berpikir sendiri, memutuskan pilihan hidupnya sendiri,
memikirkan solusi hidupnya sendiri,
dan merasakan resiko dari keputusannya sendiri.